Revitalisasi Tambak Pantura: Langkah Strategis KKP dalam Mewujudkan Budidaya Perikanan Berkelanjutan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menunjukkan komitmennya dalam membangun sektor perikanan budidaya yang berkelanjutan melalui program revitalisasi tambak di Pantai Utara Jawa (Pantura). Salah satu langkah kunci yang ditempuh adalah dengan melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa pembangunan tambak tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga ramah lingkungan.

Program ini menjadi sangat relevan mengingat kawasan Pantura merupakan salah satu pusat produksi udang dan ikan di Indonesia, namun menghadapi berbagai tantangan seperti degradasi lingkungan, perubahan iklim, dan tata kelola tambak yang belum optimal. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang pentingnya KLHS dalam revitalisasi tambak, dampaknya terhadap ekonomi masyarakat, serta bagaimana KKP memastikan keberlanjutan ekologi dan sosial.


Latar Belakang: Tantangan Tambak Pantura

Kawasan Pantura Jawa, yang meliputi wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, telah lama menjadi sentra budidaya tambak, terutama untuk komoditas udang vaname dan bandeng. Namun, beberapa masalah utama menghantui kawasan ini:

  1. Degradasi Lingkungan – Akibat intensifikasi tambak yang tidak terkendali, banyak kawasan mengalami penurunan kualitas air, sedimentasi, dan kerusakan ekosistem mangrove.
  2. Dampak Perubahan Iklim – Kenaikan muka air laut dan intrusi air asin mengancam produktivitas tambak.
  3. Tata Kelola Tambak Tradisional – Banyak petambak masih menggunakan metode konvensional yang kurang efisien dan berisiko tinggi terhadap penyakit.
  4. Konversi Lahan – Alih fungsi lahan tambak menjadi permukiman atau industri mengurangi daya dukung lingkungan.

Oleh karena itu, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mengambil langkah strategis dengan melakukan revitalisasi berbasis KLHS untuk memastikan pembangunan tambak yang terencana, berkelanjutan, dan minim dampak negatif.


Apa Itu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)?

KLHS adalah instrumen perencanaan pembangunan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan, rencana, dan program (KRP). Dalam konteks revitalisasi tambak, KLHS berfungsi untuk:

  1. Menganalisis Dampak Lingkungan – Menilai risiko ekologis seperti erosi, pencemaran air, dan kehilangan biodiversitas.
  2. Memetakan Daya Dukung Lingkungan – Menentukan seberapa besar kawasan tambak dapat dikembangkan tanpa merusak ekosistem.
  3. Mengoptimalkan Tata Ruang – Memastikan zonasi tambak tidak bertabrakan dengan kawasan lindung atau permukiman.
  4. Melibatkan Partisipasi Masyarakat – Memberikan ruang bagi petambak dan pemangku kepentingan lokal dalam proses perencanaan.

Dengan pendekatan KLHS, KKP tidak hanya fokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada keberlanjutan jangka panjang.

Baca juga : Benih Ikan Nila Salin: Potensi Budidaya Perairan Payau


Strategi Revitalisasi Tambak Pantura oleh KKP

KKP telah merancang beberapa langkah konkret dalam program revitalisasi tambak Pantura, di antaranya:

1. Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan

  • Sistem Budidaya Intensif dengan Resirkulasi (RAS) – Mengurangi penggunaan air dan limbah organik.
  • Integrasi Tambak-Silvofishery – Memadukan budidaya ikan dengan penanaman mangrove untuk restorasi ekosistem.
  • Penggunaan Probiotik dan Pakan Berkualitas – Menekan risiko penyakit dan polusi air.

2. Perbaikan Infrastruktur Tambak

  • Rehabilitasi Tanggul dan Saluran Air – Mencegah kebocoran dan intrusi air asin.
  • Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah – Meminimalkan pencemaran ke perairan sekitar.

3. Pemberdayaan Petambak melalui Pelatihan dan Pendampingan

  • Pelatihan Good Aquaculture Practices (GAqP) – Meningkatkan kapasitas petambak dalam manajemen tambak modern.
  • Akses Permodalan dan Pemasaran – KKP menggandeng perbankan dan eksportir untuk memastikan hasil tambak terserap pasar.

4. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tambak

  • Membentuk koperasi atau asosiasi petambak untuk memperkuat posisi tawar.
  • Mendorong sertifikasi tambak berkelanjutan (seperti CPIB dan CBIB) untuk meningkatkan nilai jual.

Dampak Ekonomi dan Sosial Revitalisasi Tambak

Program ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal:

  1. Peningkatan Produksi dan Pendapatan
    • Dengan teknologi modern, produktivitas tambak bisa meningkat. Diproyeksikan target produksi ikan nila salin dari 20 ribu hektare dengan program revitalisasi di empat lokasi kabupaten Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu akan menghasilkan sekitar 1,56 juta ton ikan nila salin .Dengan asumsi harga jual Rp 25 ribu per kg, maka akan terjadi perputaran uang hingga mencapai triliunan Rupiah per tahun,
  2. Penyerapan Tenaga Kerja
    • Revitalisasi tambak membuka lapangan kerja baru, mulai dari konstruksi infrastruktur hingga industri pengolahan hasil perikanan.
  3. Pengurangan Risiko Gagal Panen
    • Dengan sistem budidaya yang lebih terkontrol, petambak dapat mengurangi kerugian akibat penyakit atau cuaca ekstrem.
  4. Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Pesisir
    • Infrastruktur yang lebih baik (seperti akses air bersih dan listrik) akan ikut terangkat seiring dengan program ini.

Tantangan dan Solusi Ke Depan

Meski program ini menjanjikan, beberapa tantangan masih perlu diantisipasi:

  1. Resistensi dari Petambak Tradisional
    • Solusi: Pendekatan sosialisasi bertahap dan demonstrasi plot (demplot) untuk membuktikan keunggulan sistem modern.
  2. Keterbatasan Anggaran
    • Solusi: Kolaborasi dengan swasta (PPP – Public Private Partnership) dan skim pembiayaan hijau (green financing).
  3. Perubahan Iklim yang Tidak Terduga
    • Solusi: Pengembangan tambak berbasis adaptasi iklim, seperti sistem climate-smart aquaculture.

Kesimpulan: Tambak Pantura Menuju Era Baru

Revitalisasi tambak Pantura dengan pendekatan KLHS adalah langkah visioner KKP dalam memadukan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Program ini tidak hanya bertujuan untuk memulihkan produktivitas tambak, tetapi juga menjadikan kawasan Pantura sebagai contoh budidaya perikanan berkelanjutan di tingkat nasional maupun global.

Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, petambak, akademisi, dan sektor swasta. Jika diimplementasikan dengan baik, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama di pasar akuakultur dunia sekaligus menjaga kelestarian lingkungan pesisir untuk generasi mendatang.

Kunjungi : http://www.dejeefish2.wodpress.om


Referensi:

  • KKP. (2023). KKP Mantapkan Revitalisasi Tambak Pantura dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Diakses dari kkp.go.id
  • FAO. (2022). The State of World Fisheries and Aquaculture (SOFIA).
  • Data Ekspor Perikanan KKP (2023).
Ada yang bisa kami bantu?