Nila Gesit Jenis Ikan Nila yang sedang populer – Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika. Ikan ini merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan Nila secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200 – 400 gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan.
Budidaya
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan merupakan ikan budidaya yang menjadi salah satu komoditas ekspor. Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budidaya dunia. Ikan Nila termasuk ikan air tawar yang mempunyai Nilai ekonomis tinggi, memiliki kandungan protein tinggi dan keunggulan berkembang dengan cepat. Kandungan gizi ikan Nila yaitu protein 16-24%, kandungan lemak berkisar antara 0,2-2,2% dan mempunyai kandungan karbohidrat, mineral serta vitamin. Ikan Nila mempunyai pertahanan yang tinggi terhadap gangguan dan serangan penyakit.
Ikan Nila tergolong ikan pemakan segala (Omnivore), sehingga bisa mengkonsumsi makanan, berupa hewan dan tumbuhan. Larva ikan Nila makanannya adalah, zooplankton seperti Rotifera sp., Daphnia sp., serta alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya
Mudahnya berkembang biak dan kemampuan hidupnya yang mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, menjadikan ikan nila sebagai komoditi prioritas untuk pengembangan usaha dan industri budidaya perikanan yang dikenal dengan julukan “aquatic chicken” atau ikan yang dapat dikembangkan seperti industri ternak ayam.
Namun selama ini penanganan budidaya ikan nila di masyarakat belum optimal karena pengelolaan pengembangbiakannya yang tidak terkontrol, adanya inbreeding dan penurunan kualitas lingkungan perairan.
baca juga :Harga Ikan Nila
Nila GESIT
Dalam proses budidaya secara alami, biasanya dihasilkan rasio ikan nila jantan dan betina adalah 60:40, sehingga usaha budi daya ikan nila diarahkan pada produksi ikan berkelamin jantan alias monosex.
Melalui teknologi produksi ikan nila jantan super “YY” (supermale) yang dilakukan BPPT sejak 2002 lalu, sudah dihasilkan indukan ikan nila jantan super yang diberi nama ikan nila GESIT.
Nila GESIT, kepanjangan dari Genetically Supermale Indonesian Tilapia merupakan jenis unggulan super jantan. Mengapa disebut super jantan, karena 70-80% anakan yang dihasilkannya mayoritas berjenis kelamin jantan.
Jika ikan nila GESIT dikawinkan dengan ikan nila betina biasa, akan menghasilkan70-80% ikan nila jantan yang diberi nama ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia). Ikan nila GMT ini bisa tumbuh lebih cepat (150%) dibanding betinanya, lebih seragam dan aman dikonsumsi.
Nila gesit memiliki pertumbuhan yang cepat, yakni lima hingga enam bulan untuk mencapai berat 600 gram. Untuk ekspor, ikan nila dituntut memiliki ukuran lebih dari 600 gram per ekor, yang selama ini sangat sulit dipenuhi oleh para pembudidaya.
Hasil riset memperlihatkan bahwa ikan nila berkelamin jantan tumbuh lebih cepat dibanding betinanya. Dengan demikian, produksi ikan nila dapat diarahkan pada produksi ikan nila berkelamin jantan (monosex male) yang dapat tumbuh lebih cepat untuk meningkatkan efisiensi usaha guna memenuhi permintaan ekspor.